Agus Hadi Sudjiwo lahir di Jember, Jawa Timur, 31 Agustus 1962, atau lebih dikenal dengan nama Sudjiwotedjo adalah seorang budayawan Indonesia. Ia pernah mengikuti kuliah di ITB, namun kemudian mundur untuk meneruskan karir di dunia seni yang lebih disenanginya. Sempat menjadi wartawan di harian Kompas selama 8 tahun, lalu berubah arah menjadi seorang penulis, pelukis, pemusik dan dalang wayang. Selain itu ia juga sempat menjadi sutradara dan bermain dalam beberapa film seperti Janji Joni dan Detik Terakhir. Ia juga tampil dalam drama teatrikal KabaretJo yang berarti "Ketawa Bareng Tejo".
Dalam aksinya sebagai dalang, dia suka melanggar berbagai pakem seperti Rahwana dibuatnya jadi baik, Pandawa dibikinnya tidak selalu benar dan sebagainya. Ia seringkali menghindari pola hitam putih dalam pagelarannya.
Sementara itu, kemampuan dalang Tedjo sendiri sebenarnya telah berkembang sejak usianya masih anak-anak. Ia sering menciptakan sendiri lakon-lakon wayang kulit sebagai awal profesinya di dunia wayang, misalnya saja Semar Mesem pada tahun 1994. Tedjo pun mampu menyelesaikan 13 episode wayang kulit Ramayana di TPI di tahun 1996, yang kemudian disusul dengan wayang acappella berjudul Shinta Obong dan lakon Bisma Gugur.
Berlanjut pada tahun 1999, Tedjo memprakarsai berdirinya Jaringan Dalang, dengan tujuan untuk memberi nafas baru bagi tumbuhnya nilai-nilai wayang dalam kehidupan masyarakat masa kini. Bahkan pada tahun 2004, ia mendalang keliling Yunani.
Tedjo juga menjadi Sang Dalang dalam pementasan EKI Dancer Company yang bertajuk Lovers and Liars di Balai Sarbini, Sabtu dan Minggu, 27-28 Februari 2004. Dalam aksinya sebagai dalang, Tedjo suka melanggar berbagai pakem pewayangan, termasuk Rahwana dibuatnya jadi baik, Pandawa pun ia buat tidak selalu benar dan sebagainya. Ia seringkali menghindari pola hitam putih dalam pagelarannya.
Dalam bidang musik, Tedjo dikenal sebagai penyanyi di tahun 1998 berkat lagu-lagunya di album Pada Suatu Ketika. Video klip dari lagu Pada Suatu Ketika pun mampu meraih penghargaan sebagai video klip terbaik pada Grand Final Video Musik Indonesia 1999, dan video klip lainnya merupakan nominator video klip terbaik untuk Grand Final Video Musik Indonesia tahun 2000.
Tedjo juga pernah menggarap musik untuk pertunjukan musikal berjudul Battle of Love-when love turns sour, yang digelar 31 Mei sampai 2 Juni 2005 di Gedung Kesenian Jakarta. Hasil pertunjukan karya bersamanya dengan Rusdy Rukmarata digunakan untuk membiayai program pendidikan dan pelatihan bagi anak-anak putus sekolah yang dikelola oleh Yayasan Titian Penerus Bangsa.
Untuk bidang teater, kiprah Tedjo terlihat dari keaktifannya mengajar teater di EKI sejak 1997. Tedjo juga memberikan workshop teater di berbagai daerah di Indonesia sejak 1998. Ia pun sering menggelar atau turut serta dalam pertunjukan teater, misalnya membuat pertunjukan Laki-laki kolaborasi dengan koreografer Rusdy Rukmarata di Gedung Kesenian Jakarta dan Teater Utan Kayu pada 1999.
Mbah Tedjo juga menulis beberapa buku di antaranya Lupa Endonesa, Ngawur Karena Benar, Dalang Galau Ngetwit, Jiwo J#ncuk, dan, Republik #Jancukers. Di samping itu, Mbah Tedjo juga aktif berkicau di sosial media Twitter, klik untuk follow Twitternya.

Posted in: 







0 komentar:
Post a Comment